WELCOME TO THE OFFICIAL WEBSITE OF SUED (STUDENT UNION OF ENGLISH DEPARTMENT ) IN VETERAN BANGUN NUSANTARA SUKOHARJO UNIVERSITY

15 November 2011

Mahasiswa Butuh SoftSkill



Apa sih indikator yang membuat kita sukses di kampus?
-          Pinter, IP = 4?
-          Tampang cool? Keren?
-          Banyak cewek? atau,
-          Kaya raya?

I don’t think so. Jawabannya adalah IZIN TUHAN. Kemudian menyusul dibelakangnya adalah prestasi dan SOFTSKILLLalu apa itu softskill? Dan seberapa pentingkah softskill sebagai kunci kesuksesan?
            Softskills adalah sebuah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi. Softskills adalah 'berbeda' dengan hardskills yang menekankan kepada IQ, artinya penguasaan ilmu pengetahuan, teknolgi dan ketrampilan teknis yang berhubungan dengan bidang ilmunya. Softskills dapat dilatih sejak sebelum lulus kuliah. Untuk mengasah softskills, seimbangkan aktivitas akademik & non akademik, serta jangan hanya lulus dengan gelar saja.
Mengapa perlu?
Bisa kita lihat sebagai contoh pemain sepak bola. Hardskillnya (kemampuan teknis) adalah berlari, menendang, berebut bola. Tapi softskillnya yaitu kemampuan bekerjasama, mengambil inisiatif, keberanian mengambil keputusan, dan gigih. Artinya pemain bola dikatakan sukses/profesional tidak hanya dilihat karena tendangannya yang keras/bagus, lari yang kenceng, atau bisa berebut bola, tapi juga ada peran penting dari segi softskillnya tadi. Jadi intinya pintar saja tidak cukup untuk menuju kesuksesan, tanpa adanya softskill.
            Kebiasaan dunia industri adalah memberikan sederet Kompetensi baik Teknis (hardskill) maupun Non Teknis (softskill) dalam proses recruitment. Namun pada umumnya jenis kompetensi non teknis lebih banyak. Sebenarnya yang diinginkan oleh para pendidik maupun pengguna lulusan, adalah lulusan yang memiliki pengetahuan luas, memiliki keterampilan untuk menggunakan ilmunya di dunia kerja dan bersikap serta berperilaku menurut etika dan norma yang berlaku di masyarakat. Selain memiliki pengetahuan dan teknologi di bidangnya, lulusan juga mampu untuk bekerja mandiri dan bekerjasama dalam tim, mampu berfikir logis dan analitis serta berkomunikasi lisan/tulisan dengan baik. Bagaimanapun juga kompetensi inilah yang ingin dihasilkan dalam proses pembelajaran di Perguruan Tinggi.
Lalu, gimana cara meningkatkan kemampuan softskill kita?
            Memang tidak ada mata kuliah khusus “softskill”, tapi banyak hal yang bisa kita lakukan untuk mendapatkannya.
1.      Proses Pembelajaran
         Saat ini soft skill dikembangkan tidak harus melalui satu mata kuliah khusus, melainkan diselipkan di setiap mata kuliah. Contoh: dalam penugasan ke mahasiswa bisa berbentuk: presentasi, tugas kelompok, diskusi, dll.
            Pada prinsipnya pengembangan softskill menjadi hidden curriculum. Hal ini lebih ampuh karena dapat membuat proses pembelajaran lebih menarik minat dan menyenangkan. Peran dosen dalam hal ini adalah: Membangun proses dialog, menangani dinamika kelompok, terlibat dalam memotivasi mahasiswa, mengintroduksi berpikir kritis, dan memberdayakan kurikulum tersembunyi (Empowering Hidden Curriculum).
2.      Kegiatan Kemahasiswaan
            Kegiatan kemahasiswaan harus dimanfaatkan sebagai sarana peningkatan personal growth. Setiap kegiatan harus terencana, terprogram dan tersistem. Setiap kegiatan sebaiknya ada coach atau mentor yang membimbing, walaupun tidak setiap saat harus didampingi. Dibutuhkan peran aktif dari mahasiswa itu sendiri untuk mendapatkan manfaat dari yang satu ini. Sebagai contoh, kita manfaatkan organisasi-organisasi mahasiswa yang ada di universitas. Kita bisa ikut berpartisipasi secara langsung maupun tidak langsung. Ada HMP (Himpunan Mahasiswa Program Studi) yang terdapat pada masing-masing program studi, dan UKM (Unit Kegiatan Mahasiswa) yang menyangkut minat dan bakat tertentu. Dan berbagai aktivitas lain diluar formal akademik juga merupakan kegiatan extra untuk pengembangan softskill.
            Jadi kawan-kawan ku, tidak akan rugi jika kita masuk ke dalam aktivitas peningkatan softskill seperti di atas, asalkan dengan niat yang positif dan tidak setengah-setengah serta tidak mengambil keuntungan secara material, akan tetapi pengalaman dalam bidang softskill akan bermanfaat dalam bersosialisasi di masyarakat. Semua itu tidak akan berhasil pula tanpa adanya dedikasi dan loyalitas.
            Hidup Mahasiswa!!!!

0 komentar:

Posting Komentar